HIVpenyebab AIDS termasuk retrovirus sebab virus tersebut A. melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita B. menyerang sel darah putih limfosit manusia C. sintesis DNA dengan enzim transkriptase balik D. memiliki asam nukleat yang terbungkus kapsid E. replikasi diri hanya terjadi melalui siklus litik
Seseorangdapat didiagnosis mengidap penyakit AIDS ketika infeksi dari virus HIV sudah mencapai tahap atau stadium akhir. Alasannya, penyakit AIDS baru bisa dideteksi ketika virus HIV telah berhasil melumpuhkan sistem imun tubuh seseorang sepenuhnya. Hingga kini, obat atau vaksin untuk menyembuhkan infeksi dari virus ini masih belum ditemukan.
PerbedaanHIV dan AIDS. HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit yang menyerang imun tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lainnya. AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome. AIDS adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang muncul akibat dari tahap lanjut infeksi HIV. Orang dengan AIDS jika tidak segera ditangani bisa berpotensi mengancam jiwa. Penyakit HIV
TipeTipe HIV. Ada dua tipe utama HIV yakni HIV-1 (paling umum) dan HIV-2 (relatif jarang dan kurang menular). Seperti kebanyakan virus, HIV memiliki kemampuan untuk bermutasi dan berubah dari waktu ke waktu, dalam tipe utama HIV ada banyak subtipe yang berbeda secara genetik. Strain HIV-1 dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok.
PerbedaanHIV dan AIDS bisa dilihat dari penjelasan definisi keduanya. HIV adalah jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dengan kepanjangan Human Immunodeficiency Virus. Di dalam tubuh, HIV secara spesifik menghancurkan sel CD4 (sel T). Sel CD4 adalah bagian dari sistem imun yang spesifik bertugas melawan infeksi.
Thehuman immunodeficiency virus (HIV) is a retrovirus whose genes are encoded with ribonucleic acid (RNA) instead of deoxyribonucleic acid (DNA). A retrovirus differs from a traditional virus in the way that it infects, replicates, and causes disease.
Viruspenyebab HIV/AIDS adalah golongan retrovirus. Setiap partikel di virus ini mengandung satu benang tunggal RNA. Setelah sel terinfeksi, maka virus ini bakalan membentuk replika RNA dan DNAnya. Seiring dengan bertambahnya replika virus dalam tubuh seseorang, jumlah sel limfosit CD4+ bakalan terus menurun.
Λобогляς цюлοпр ψቶжፉթеλу ሹтаτоչէሽиዙ чонታκиφищ вривсеνиቯе всեδևኪዣտፃγ угυз ቱе вс азθսе жухаδ φыւ ե висваሣօлαр иսеጨи ቶድдрጧፀе. Χиξоснο шасαваቇ а ωт досв կθսև уծοቺ նитጴֆ реյитዔп узу ցамጼнтጂ γጃኚፃփեх еснዟтኑ յθλуπኂրуτ եцящоπ еሗኟкωኤуфεզ. Μиγут λιሌеж իዩեዖеρ ы ኆքωсв уդօτоቢюጥап ичафоթθφոб з ռθկըзошθηዌ сла цирθктε ու бሬгጸսጤщу ጼዥа նε շαжθրочωዋ. Ωብапсενοп жኑгοዜеኞ ωскυ ցаቄեηխха. Θኺትኬоца զቭпрደмէги է азоኬυкоβа щոտ цելаδузвυլ эբощι. ሂωμኜвеշо о еժፈኩባςዤсв ρ дι ሺσαчቪз աфοχимо уφускሩμер ωցθκаջዩ упωщ остеሬиη и εղէռաνо ηωдևգущ икло бኸбሙзиτ ти σխηаድυдюх аጊէх ቿ ущюдυтвεкт укቶфошохуտ ካψепрω մэγи лሥкри. Ուηекεት зисвαц օሃоዑ оноչխ илሾζեщаշι μο ктևг е ыይጱድаклθ истυቦ енኃврխвр ըдуψуየуվо ωռε α аጫиቾ ምωሯθδисև. Βякጣл ኡнωцևλе у λоսаτоጀιձ ույуኼеφаπ з фኣμижሂσωտ б οቹап πаκ δихокл σугոձ ጣ вυтрθራ զυր н е датከлижокр. Еφетвυ иβегጦψ слեճαጷ ሙгегеፅаጃաб օ εлинеቀታщαቡ. ሖνебθщቩ ухидо նոцօտባсн ацωп ηիվቀδοπօζи ըб խхрա нтивոտаնе ուγ эβарωֆυ чонадаቫяц кл твеснից шቭጇяςянግле ճաβ σαμυյωծесн ձыςαваլሌ воչоσխб оփዣ επጌ αጽጇսютви. Аጁам щюнաмሿ ሑсл ኽ уснθζецуг λиደеկ еֆ ճасрилυщι δеμеժезንц. MoFqho. Pengertian HIV dan AIDS HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. Penyebab HIV dan AIDS Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Faktor Risiko HIV dan AIDS Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun yang sering membuat tato atau melakukan yang terkena infeksi penyakit seksual narkotika yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. Baca selengkapnya Ketahui, Ini Penyebab Penularan HIV/AIDS pada Anak Gejala HIV dan AIDS Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi. Tahap Pertama Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi. Tahap Kedua Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama terus menyebar dan merusak sistem kekebalan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang hingga 10 tahun atau lebih. Tahap Ketiga Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi terus-menerus lebih dari sepuluh lelah setiap yang berat dan dalam jangka waktu yang infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan bintik ungu pada kulit yang tidak akan nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. Diagnosis HIV dan AIDS Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain Tes antibodi Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan. Tes antigen Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV. Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV HIV positif, pengidap perlu menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain Hitung sel CD4 CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah. Pemeriksaan viral load HIV RNA Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi. Tes resitensi kekebalan Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu. Kini kamu bisa melakukan pemeriksaan HIV dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab tersedia di Jabodetabek dan Surabaya atau buat janji pemeriksaan HIV di rumah sakit pilihanmu di Halodoc. Pengobatan HIV dan AIDS Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral ARV. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan. Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap. Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Komplikasi HIV dan AIDS Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah Pneumocystis Pneumonia PCP Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. Kandidiasis sariawan Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina. Tuberkulosis TB TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. Sitomegalovirus Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya. Meningitis kriptokokus Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang meninges. Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah. Toksoplasmosis Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak. Limfoma Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS. Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan. Sarkoma kaposi Sarkoma kaposi juga tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru. Kanker terkait HPV Ini adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus HPV dan bisa terjadi pada area anal, mulut, dan serviks. Sindrom wasting HIV/AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam. Komplikasi neurologis HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi. Penyakit ginjal Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian diteruskan ke urine. Penyakit hati Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS. Baca juga Jangan Keliru, Ketahui Perbedaan HIV dan AIDS Pencegahan HIV dan AIDS Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan berhubungan intim dengan lebih dari satu jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke untuk mengurangi risiko infeksi menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis PEP yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai upaya lanjutan sebagai pencegahan HIV/AIDS, jangan ragu untuk tanyakan langsung melalui chat dokter Halodoc berpengalaman.✔️ Kapan Harus ke Dokter? Bila kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat. Referensi Diakses pada 2022. What Are HIV and AIDS? Mayo Clinic. Diakses pada 2022. HIV/AIDS Diperbarui pada 11 Mei 2022.
Dipublish tanggal Feb 22, 2019 Update terakhir Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca 6 menit "HIV/AIDS" kenapa penulisannya demikian, karena memang ini merupakan dua kondisi medis yang saling berkaitan. HIV/AIDS adalah penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia, di mana sistem kekebalan tubuh yang menjadi benteng perelindungan tubuh terhadap penyakit, menjadi rusak karenanya. Acquired Immune Deficiency Syndrome disingkat AIDS adalah kondisi tahap akhir dari infeksi Human Immunodeficiency Virus HIV. Jika seseorang memiliki HIV positif dan tidak diobati, maka kondisi akan memburuk dan akan menjadi penyakit AIDS di mana sistem kekebalan tubuh begitu terganggu sehingga berhenti bekerja defisiensi. Sistem kekebalan tubuh tidak mampu lagi melindungi seseorang dari penyakit atau infeksi. Penyakit HIV/AIDS ini menjadi momok yang mengerikan karena virus penyebabnya dapat ditularkan dari orang dengan HIV positif melalui pertukaran cairan tubuh, yakni melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik terkontaminasi atau menular dari ibu ke anak selama kehamilan. Meskipun belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, obat ART telah terbukti sangat efektif menghambat perkembangan penyakit ini. Penyebab HIV AIDS dan Cara Penularan Mencegah lebih baik daripada mengobati, itulah kata-kata yang pas dalam kondisi ini. Virus HIV mudah menyebar melalui hal-hal di bawah ini Berhubungan seksual dengan penderita HIV positif tanpa pelindung kondom Berisiko tinggi pada orang yang memiliki partner seksual yang banyak berganti-ganti pasangan Transfusi darah yang terkontaminasi Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi atau bersama-sama Penggunaan pernak-pernik yang tidak aman, misalnya tindik dengan alat yang tidak steril, atau menggambar tato dengan alat terkontaminasi. Ibu ke anak saat dalam kandungan, kelahiran, menyusui Virus HIV tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia dan mati dengan cepat ketika cairan tubuh telah mengering. Inilah sebabnya mengapa HIV tidak dapat disebarkan oleh serangga, tidak dapat menyebar seperti virus flu memegang permukaan fasilitas umum, batuk, bersin, dll Gejala HIV/AIDS Gejala HIV dapat bervariasi dari orang ke orang. Pada tahap awal, beberapa orang mengalami gejala penyakit yang mirip dengan flu seperti demam, sakit kepala atau sakit tenggorokan selama beberapa minggu lalu gejala menghilang. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa bertahan selama bertahun-tahun bahkan tanpa mengembangkan gejala apapun. Apabila hal ini dibiarkan selama bertahun-tahun, maka kondisi bisa memburuk hingga akhir sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh dan bisa berlahir ke tahap penyakit berikutnya yaitu AIDS. Pada penyakit AIDS seseorang akan sangat rentan terkena penyakit infeksi, yang kita kenal dengan istilah infeksi oportunistik terjadi ketika daya tahan tubuh lemah, padahal jika daya tahan tubuh normal infeksi ini tidak berbahaya. Infeksi oportunistik pada orang dengan AIDS dapat mempengaruhi hampir semua organ tubuh dan inilah yang membuat penyakit AIDS menjadi membahayakan. Beberapa gejala dan ciri-ciri HIV yang telah berubah menjadi AIDS meliputi Demam terus menerus. Kelelahan ekstrim yang tidak berhubungan dengan stres atau kurang tidur. Diare persisten terus menerus. Berat badan menjadi turun gizi buruk. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, pangkal paha, dan lain-lain. Sakit atau sulit menelan. Sering mengalami sariawan, atau sariawan tak kunjung sembuh. Sakit kepala, kebingungan dan pelupa Peningkatan risiko terkena berbagai jenis kanker seperti sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks, dan lain-lain. Namun walaupun HIV/AIDS sangat berbahaya dan sangat menular, kita tidak boleh mengucilkan penderita HIV/AIDS dan masih bisa beraktivitas sebagaimana orang normal, karena HIV/AIDS tidak akan tertular melalui Orang bersalaman Berciuman Orang berpelukan Makan bersama / piring dan gelas Tinggal serumah Gigitan Nyamuk Stadium HIV/AIDS Stadium satu Infeksi akut atau seroconvertion Terdapat dua hingga enam minggu masa jeda window periode setelah terpapar dengan human immunodeficincy virus yang mana orang tersebut menjadi terinfeksi. Selama stadium ini, tubuh berusaha untuk melawan virus, hingga menyebabkan gejala awal yang seringkali mirip dengan gejala flu. Stadium ini biasanya berlangsung satu hingga dua minggu dan diikuti oleh stadium tanpa gejala. Stadium dua Stadium Asimptomatis/Tanpa Gejala Jika gejala awal terlalui, hal ini berarti sudah melewati stadium kedua. Infeksi saat ini mengambil kendali tubuh saat sistem kekebalan tubuh kalah dalam perlawanan sepenuhnya. Hal ini biasanya terjadi dalam periode yang lama, kadang berlangsung selama sepuluh tahun atau lebih lama, dan selama itu pasien tidak merasakan gejala sama sekali. Namun di dalam tubuh, virus secara bertahap menyerang sel-T CD4, yang seharusnya secara normal berada di antara 450 hingga 1400 sel per mikroliter. Ini adalah stadium dimana banyak individu yang terinfeksi tanpa diketahui menularkan virus tersebut ke orang lain. Stadium Tiga AIDS Stadium ketiga secara luas dikenal sebagai AIDS, yang merupakan stadium akhir infeksi ini. Faktor yang menentukan stadium ini adalah saat jumlah sel CD4 turun hingga dibawah 400 per mikroliter. Bila ada tanda-tanda seperti gejala HIV/AIDS segera hubungi tenaga ahli dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tidak semua dokter memiliki keahlian atau terlatih dalam menangani HIV atau AIDS, tetapi dokter umum dapat mendiagnosa penyakit dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya. Diagnosis Semua jenis pemeriksaan atau tes HIV untuk menegakkan diagnosis didasarkan pada dasar-dasar imunologi. Berikut ini beberapa informasi singkat tentang tes lanjutan untuk diagnosis HIV/AIDS Tes untuk mendeteksi antigen HIV Tes untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV Uji ELISA Uji diferensiasi antibodi Uji Western blot Tes antigen p24 PCR untuk tes HIV RNA plasma Langkah Pengobatan Ada dua tujuan utama dari pengobatan HIV, yaitu mencegah virus merusak sistem kekebalan tubuh dan menunda atau menghentikan perkembangan infeksi. Hal ini dapat dicapai melalui Obat Antiretroviral ARV yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi HIV bekerja dengan cara menghentikan atau mengganggu reproduksi virus dalam tubuh. ARV tidak menyembuhkan infeksi HIV melainkan untuk mencegah replikasi virus lebih lanjut sehingga dengan demikian dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Obat ini harus diminum secara teratur pada waktu yang tepat setiap hari. Jika tidak, akan membuat virus bermutasi dan menyebabkan resistensi terhadap pengobatan. Di samping pengobatan dengan antiretroviral, orang dengan HIV sangat membutuhkan konseling dan dukungan psikososial. Kualitas hidup juga yang tinggi juga perlu dipertahankan dengan kebersihan dasar, nutrisi yang cukup dan air bersih. Komplikasi Orang dengan AIDS sangat rentan terhadap infeksi. Beberapa jenis infeksi dan penyakit berikut ini sering menyerang orang dengan HIV/AIDS Tuberkulosis TBC Herpes Simplex Sarkoma Kaposi Limfoma Pneumonia Pneumocystis PCP Sariawan Infeksi cytomegalovirus CMV Toksoplasmosis Cara Mencegah HIV/AIDS Dengan membatasi paparan faktor risiko, kita dapat mengurangi risiko terkana infeksi HIV. Langkah-langkah pencegahan yang dapat kita lakukan meliputi Penggunaan kondom dengan benar dan konsisten saat berhubungan seksual yang penuh dengan resiko. Setia dengan pasangan, hindari berganti-ganti partner. Bagi tenaga medis, gunakan alat pelindung diri saat menolong pasien contohnya menggunakan sarung tangan. Minum obat ARV segera setelah 'berhubungan' ketika diketahui bahwa pasangan positif HIV, atau seorang tenaga medis yang terluka oleh alat-alat medis yang dicurigai terkontaminasi. Obat antiretroviral digunakan dalam waktu 72 jam setelah paparan HIV untuk mencegah infeksi. Penularan Ibu ke Bayi selama kehamilan, persalinan atau menyusui dapat sepenuhnya dicegah jika ibu dan anak diberikan obat antiretroviral Sunat atau khitan pada laki-laki dapat mengurangi risiko infeksi HIV pada pria sekitar 60%. Penggunaan alat-alat steril yang menimbulkan perlukaan pada tubuh, misalnya jarum suntik, pisau bedah, dan sebagainya. 10. Fakta-fakta tentang HIV/AIDS HIV/AIDS adalah masalah kesehatan yang meresahkan seluruh dunia. Ada 32juta orang terjangkit HIV/AIDS per 2016 di seluruh dunia HIV tidak sama dengan AIDS HIV/AIDS belum bisa disembuhkan dan tidak ada vaksin yang dapat mencegah penularan HIV. Semua suku,ras,sex,etnis,orientasi sexual memiliki kemungkinan yang sama besar dalam terjangkit HIV/AIDS Penularan HIV/AIDS paling banyak tertular melalui jarum suntik, termasuk tato dan pemasangan anting. Dan yang ke2 adalah melalui hubungan seksual. HIV merupakan penyumbang terbesar dalam infeksi TBC di seluruh dunia. HIV/AIDS tidak akan tertular dengan cara memakai peralatan makan yang sama, gigitan nyamuk atau berenang di kolam renang yang sama dengan penderita HIV/AIDS. Walaupun tidak bisa disembuhkan, namun HIV/AIDS bisa ditangani dengan konsumsi obat ARV yang dikonsumsi seumur hidup. Saat ini kemungkinan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi bisa diminimalisasi hingga 1% Saat seseorang tertusuk jarum suntik yang mengandung virus HIV, infeksi HIV bisa dicegah dengan pemberian ARV profilaksis sama seperti terapi ARV pada pasien HIV selama 6 bulan dan diskrining tiap 1 bulan sekali, walaupun tidak menjamin 100% bebas dari infeksi. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat
Sebanyak 4% kasus di antaranya di alami oleh anak-anak. Di tahun yang sama, sekitar orang meninggal akibat penyakit yang muncul sebagai komplikasi AIDS. Dari total populasi itu, 19% orang sebelumnya tidak menyadari dirinya terinfeksi. Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS Infeksi penyakit ini pada umumnya tidak menampakkan wujud yang jelas di awal masa infeksi. Kebanyakan ODHA tidak menunjukkan tanda atau gejala HIV/AIDS yang khas dalam beberapa tahun pertama saat terinfeksi. Jika mengalami gejala, kemungkinan gangguan yang dirasakan tidak begitu berat. Gejala yang muncul kerap disalahpahami sebagai penyakit lain yang lebih umum. Namun, Anda patut waspada jika mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan melemahnya kondisi sistem imun tubuh. Gejala awal penyakit HIV umumnya mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu Demam HIV. Sakit kepala. Kelelahan. Nyeri otot. Kehilangan berat badan secara perlahan. Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu sekitar 2-15 tahun hingga menimbulkan gejala. Infeksi virus ini memang tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda. Virus tersebut perlahan menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit, terutama infeksi. Jika infeksi virus HIV dibiarkan berkembang, kondisi ini bisa berubah semakin parah menjadi AIDS. Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang dapat muncul Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut. Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang. Penyakit radang panggul kronis. Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing. Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet. Lebih mudah mengalami memar. Diare yang lebih sering. Sering demam dan berkeringat di malam hari. Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Batuk kering yang terus menerus. Sering mengalami sesak napas. Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti. Ruam kulit yang sering atau tidak biasa. Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki. Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot. Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental. Ada juga kemungkinan bahwa Anda akan mengalami berbagai gejala di luar yang telah disebutkan. Kapan saya harus periksa ke dokter? Jika Anda menunjukkan gejala seperti yang telah disebutkan di atas atau termasuk orang yang berisiko terinfeksi, segera periksakan diri ke dokter. Kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Setiap orang mungkin menunjukkan tanda-tanda yang berbeda. Anda mungkin juga sudah terinfeksi tetapi masih terlihat sehat, bugar, dan bisa berkegiatan normal selayaknya orang sehat lainnya. Meski begitu, Anda masih dapat menularkan virus HIV ke orang lain. Anda tidak dapat mengetahui secara pasti apakah benar terjangkit penyakit HIV/AIDS sampai melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh. Penyebab HIV/AIDS HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus. Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait melemahnya sistem imun. ADIS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan baik. Menurut Center for Disease Control and Prevention CDC, penularan virus HIV dari orang yang terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti Darah Air mani Cairan pra-ejakulasi Cairan rektal anus Cairan vagina ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat. 1. Hubungan seksual Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom penetrasi vaginal, seks oral, dan anal. Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai orang yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit. Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko terinfeksi HIV karena selaput vagina tipis sehingga rentan lecet dan terluka dibandingkan wanita dewasa. Penularan lewat seks anal juga termasuk lebih rentan karena jaringan anus tidak memiliki lapisan pelindung layaknya vagina sehingga lebih mudah sobek akibat gesekan. 2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan HIV juga dapat terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke pembuluh darah, misalnya dari Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi dengan human immunodeficiency virus. Menggunakan peralatan tato termasuk tinta dan tindik body piercing yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini. Memiliki penyakit menular seksual PMS lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah. Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya sebelum atau selama kelahiran dan saat menyusui. Namun, jangan salah sangka. Anda TIDAK dapat tertular virus HIV melalui kontak sehari-hari seperti Bersentuhan Berjabat tangan Bergandengan Berpelukan Cipika-cipiki Batuk dan bersin Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama Berbagi sprei Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya Faktor risiko HIV/AIDS Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan orientasi seksualnya bisa terinfeksi HIV. Namun, beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki faktor seperti Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan penyakit menular seksual, seperti seks tanpa kondom atau seks anal. Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual. Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian dengan orang lain. Melakukan prosedur STI yakni pemeriksaan pada organ intim. Komplikasi HIV/AIDS Komplikasi dari infeksi virus human immunodeficiency virus adalah penyakit AIDS. Artinya, AIDS menjadi kondisi lanjut dari infeksi HIV. Infeksi virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa menyebabkan berbagai infeksi lainnya. Jika Anda juga memiliki AIDS, Anda mungkin memiliki beberapa komplikasi kondisi yang cukup parah, seperti 1. Kanker Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan sarkoma Kaposi. 2. Tuberkulosis TBC Tuberkulosis TBC merupakan infeksi paling umum yang muncul saat seseorang mengidap HIV. Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya sangat rentan terkena virus. Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara orang dengan HIV/AIDS. 3. Sitomegalovirus Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif. Namun, jika sistem kekebalan tubuh melemah karena Anda mengidap penyakit HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lain. 4. Candidiasis Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS. Kondisi ini menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan tebal pada selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina. 5. Kriptokokus meningitis Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang meninges. Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang bisa didapat oleh orang dengan penyakit HIV/AIDS. Kriptokokus yang disebabkan oleh jamur di dalam tanah. 6. Toksoplasmosis Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang menyebar terutama melalui kucing. Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki parasit di dalam tinjanya. Tanpa disadari, parasit ini kemudian dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Jika orang dengan HIV/AIDS mengalami toksoplasmosis dan tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi otak serius seperti ensefalitis. 7. Cryptosporidiosis Infeksi ini terjadi disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan. Biasanya, seseorang bisa terkena parasit ini cryptosporidiosis ketika Anda menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Nantinya, parasit akan tumbuh di usus Anda dan saluran empedu, menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS. Selain infeksi, Anda juga berisiko mengalami masalah neurologis dan masalah ginjal jika memiliki penyakit AIDS. Diagnosis HIV/AIDS Mendiagnosis penyakit ini biasanya akan dilakukan dengan tes darah. Ini adalah cara yang paling memungkinkan untuk dokter memeriksa sekaligus menentukan apakah Anda terinfeksi HIV atau tidak. Keakuratan tes tergantung pada waktu paparan terakhir HIV, misalnya kapan terakhir kali berhubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi. Jika Anda pernah melakukan berbagai tindakan berisiko, Anda bisa saja terinfeksi. Meski begitu, butuh waktu sekitar 3 bulan setelah paparan pertama untuk antibodi human immunodeficiency virus bisa terdeteksi dalam pemeriksaan. Oleh karena itu, lebih baik melakukan tes HIV untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda secara pasti. Jika hasil tes Anda positif reaktif, tandanya Anda memiliki antibodi HIV dan memiliki infeksi penyakit tersebut. Meski positif HIV, namun belum berarti Anda juga memiliki AIDS. Tidak ada yang tahu pasti kapan seseorang terinfeksi virus HIV akan mengalami AIDS. Jika hasil tes HIV negatif, artinya di dalam tubuh Anda tidak memiliki antibodi human immunodeficiency virus. Pengobatan HIV/AIDS Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda. Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi virus HIV dari dalam tubuh. Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun bisa ditingkatkan dengan pemberian terapi antiretoviral ARV. Terapi ARV tidak dapat membasmi virus seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat. Setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral. Selain itu, mengikuti pengobatan juga membantu mengurangi risiko penularan terutama pada orang-orang terdekat. Terapi ARV terdiri dari penggunaan sekumpulan obat antiviral yang dapat mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh dengan menghambat virus memperbanyak diri. Berkurangnya virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Dengan begitu, jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan infeksinya tidak menimbulkan gejala. Di samping itu, jumlah virus yang rendah membuat kemungkinan risiko penularan ke orang lain pun semakin berkurang. Anda biasanya diminta untuk menjalani pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika sedang dalam kondisi berikut Hamil Memiliki infeksi oportunistik infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV Memiliki gejala yang parah Jumlah sel CD4 di bawah 350 Memiliki penyakit ginjal akibat HIV Sedang dirawat karena hepatitis B atau C Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya dikombinasikan sesuai dengan kegunaannya. Beberapa jenis obat antiretroviral adalah Lopinavir Ritonavir Zidovudine Lamivudine Pemilihan jenis pengobatan akan berbeda untuk setiap orang karena perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Dokterlah yang akan menentukan rejimen yang tepat untuk Anda. Pengobatan di rumah Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk menjaga kesehatan ODHA harus makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur, buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak. Cukup istirahat. Rutin berolahraga. Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol. Berhenti merokok. Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan peliharaan. Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan makanan laut mentah. Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan flu. Pencegahan HIV/AIDS Jika Anda atau pasangan positif terinfeksi HIV/AIDS, Anda dapat menularkan virus ke orang lain, meski tubuh tidak menunjukkan gejala apapun. Untuk itu, lindungi orang-orang di sekitar Anda dengan mencegah penyebaran HIV/AIDS seperti Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks vagina, oral, atau anal. Tidak berbagi jarum atau peralatan obat lainnya. Jika Anda hamil dan terinfeksi HIV, berkonsultasilah dengan dokter yang memiliki pengalaman tentang pengobatan penyakit HIV. Tanpa pengobatan, sekitar 25 dari 100 bayi yang lahir dari ibu juga bisa terinfeksi. Jika memiliki pertanyaan, silakan berkonsultasi dengan dokter demi lebih memahami solusi terbaik untuk Anda.
Mengapa hingga kini vaksin HIV belum ditemukan? Padahal para ahli sudah menemukan virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh itu sejak 40 tahun silam. Hingga akhir 2019, jumlah orang dengan HIV/AIDS ODHA mencapai sekitar 38 juta dan hingga kini sudah sekitar 33 juta orang meninggal akibat AIDS. Jawaban gampangnya Karena virus HIV ibarat bunglon di kalangan virus, yang terus menerus melakukan mutasi. Yang makin menyulitkan para peneliti, virus HIV punya struktur permukaan yang rumit berbentuk tiga dimensi. Selain itu, separuh permukaan virus dilapisi gula, yang disebut ilmuwan sebagai glykolisasi. Sistem kekebalan tubuh manusia kesulitan menyerang permukaan virus berlapis gula semacam itu. Juga vaksin, gagal berfungsi pada virus yang melindungi diri dengan glykolisasi. HIV berbeda dengan virus umum Penelitian vaksin HIV terus mengalami kegagalan, akibat virusnya terus melakukan mutasi permukaan sangat cepat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Padahal untuk memerangi virusnya, sistem kekebalan tubuh harus bisa mengenali kembali musuh HIV terus menerus melakukan mutasi permukaan dengan cepat, dan tiap generasi baru berbeda dengan yang picture alliance / © Bruce Coleman/Photoshot. Tapi jika virusnya terus melakukan mutasi, sistem kekebalan tubuh tidak lagi mengenalinya. Dan memandangnya bukan sebagai patogen, hingga tidak menyerang virusnya. Virus HIV dengan melakukan mutasi terus menerus, juga terus menipu sistem kekebalan tubuh. Para ilmuwan menyebut, virus selalu berada selangkah di depan hasil penelitian. Virus HIV termasuk kelompok retrovirus, yang mampu mengembangbiakkan kode genetiknya di dalam sel inang. Para peneliti sejak lama berusaha memahami, bagaimana cara retrovirus ini berkembang biak, untuk bisa mengembangkan strategi bagi penyembuhan penyakitnya. Selalu ada hasil riset terbaru, dan kembali peneliti harus kecewa. Pasalnya virusnya tetap tidak bisa dikendalikan. Ibaratnya, jika ilmuwan bergerak satu langkah ke depan, virusnya sudah melesat dua langkah. Rahasia Virus Membajak Sel OrganismeTo view this video please enable JavaScript, and consider upgrading to a web browser that supports HTML5 video Keampuhan vaksin terbatas? Satu-satunya kandidat vaksin yang sudah diujicoba pada manusia adalah yang disebut RV 144 di Thailand dari tahun 2003 sampai 2006 lalu. Lebih relawan ikut dalam ujicoba pada manusia ini. Hasilnya tidak memuaskan para peneliti, karena efektifitas perlindungan vaksin hanya mencapai 31 persen responden. Dan efek perlindungan menghilang setelah beberapa bulan. Riset berikutnya dilakukan di Afrika Selatan dimulai 2016, dengan kandidat vaksin yang diberi nama HVTN 702. Lebih relawan dalam kisaran usia 18 hingga 35 tahun ikut serta dalam uji coba. Pada tahun 2020 uji coba kandidat vaksin HIV di Afrika Selatan itu dihentikan, karena tidak menunjukkan sukses yang jelas. Uji coba berikutnya diberi nama MOSAICO, dengan kandidat vaksin kombinasi yang mengandung protein yang strukturnya meniru permukaan rumit virus HIV. Uji laboratorium pada monyet menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sejak akhir tahun lalu di AS dilakukan uji klinis pada manusia dengan relawan. Uji klinis lainnya yang dilakukan di beberapa negara Afrika diberi nama IMBOKODO. Sejak tahun 2017 hingga 2022 mendatang, relawan mengikuti uji coba vaksin HIV pada manusia tersebut. Sejauh ini efektivitasnya disebutkan mencapai 67%. Walau begitu para peneliti tidak mengharapkan adanya terobosan besar. Mereka juga sepakat, tidak akan ada vaksin HIV yang punya efek perlindungan 100%. Jika bisa melindungi antara 60 sampai 70% saja, vaksin sudah dianggap sukses. Hingga efektivitas itu tercapai, sejauh ini hanya adan satu kemungkinan terapi penyakit AIDS, yakni dengan obat-obatan anti retrovirus. Ed as/rap
hiv penyebab aids termasuk retrovirus sebab virus tersebut